Minggu, 14 Juni 2020

Membangun ketahanan nasional pasca covid-19


Kompleksitas Ketahanan Untuk keperluan diskusi, ketahanan negara terhadap bencana dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu negara untuk bersiap menghadapi bencana besar, untuk merespon dan segera memulihkan setiap gangguan yang terjadi untuk kembali ke kondisi normal.
 Dibutuhkan perspektif yang tepat untuk menjelaskan apakah suatu negara memiliki ketahanan terhadap bencana besar. Perspektif pertama tentu saja bencana itu sendiri. Ketika sebuah bencana besar datang, kita umumnya tidak dapat memprediksi seberapa besar fatalitasnya.

Masih ingat ketika tsunami 2004 terjadi? Jumlah kematian meningkat pesat hanya dalam hitungan hari. Untuk kasus Covid-19, meskipun jumlah kematian yang terjadi masih jauh di bawah dibandingkan bencana tsunami 2004 yang dahsyat itu, jumlah orang yang terinfeksi dan jumlah kematian terus meningkat dari hari ke hari.

 Kita pun khawatir sampai kapan ini akan berlangsung sebelum angka-angka itu mulai turun. Tantangannya adalah apakah kita dapat secara akurat memprediksi penyebaran virus dan jumlah orang yang terinfeksi? Kemampuan untuk memahami pola penyebaran virus menjadi sangat penting untuk mengambil respon cepat dengan benar.

 Tujuan dari respon cepat harus pada meminimalkan jumlah kematian, bukan tingkat kematian. Ini seperti dalam manajemen kualitas, ketika kita ingin menjaga sesuatu yang berharga dari cacat, maka jumlah cacat menjadi dimensi kritikal yang harus dikendalikan. Jadi, pencapaian utama dalam memerangi virus ini adalah menjaga jumlah kematian serendah mungkin.

 Untuk melakukan itu, strategi penanganan bencana harus dirumuskan berdasarkan perspektif lain: infrastruktur, masyarakat, dan pemerintah. Infrastruktur di sini mencakup semua sumber daya dari sistem pemberian perawatan kesehatan: rumah sakit, dokter, perawat, tenaga medis, dan fasilitas dan peralatan medis.

 Mengingat Covid 19 dikategorikan sebagai angsa hitam, semua rumah sakit tentu tidak siap sebelumnya untuk memiliki kapasitas berlebih untuk menangani sejumlah besar orang yang terinfeksi.

 Oleh karena itu, diperlukan semacam strategi kapasitas yang fleksibel untuk bisa menambah kapasitas dengan cepat. Ragam langkah Presiden Joko Widodo meredam Covid-19 (Katadata) Selain sumber daya perawatan kesehatan, infrastruktur dalam bentuk rantai pasokan yang kuat juga diperlukan.

Dalam bencana besar, kepanikan di depan umum umumnya dipicu oleh kelangkaan barang yang sangat dibutuhkan. Dalam kasus Covid 19, gangguan rantai pasokan terjadi, menghentikan pasokan barang seperti masker, sanitizer, dan peralatan pelindung diri. Bahkan jika barang tersedia, harganya telah meroket. Menjadi penting untuk memastikan bahwa ada kapasitas yang dicadangkan dalam rantai pasokan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan selama bencana.

 Infrastruktur lain yang dibutuhkan untuk ketahanan negara adalah telekomunikasi dan listrik. Kebijakan pembatasan diri dari keramaian dalam berbagai bentuknya yang mendorong orang harus bekerja dari rumah membutuhkan infrastruktur telekomunikasi dan listrik yang andal. Kemampuan untuk menghadapi dan menanggapi bencana juga dapat dijelaskan dari  perspektif masyarakat. Kesehatan yang baik dapat menjadi perisai terhadap ancaman penyebaran Covid 19. Semakin buruk kesehatan masyarakat, semakin rentan terhadap ancaman pandemi, dan sebaliknya.

 Ketika penyebaran virus tidak dapat dihindari, ketahanan negara ditentukan oleh tingkat kepatuhan masyarakat jika kebijakan lockdown dalam berbagai bentuknya dilaksanakan. yang menjelaskan tindakan seseorang untuk menghargai kepentingan orang lain, juga merupakan penentu keberhasilan dalam menekan penyebaran virus. Tidak memborong masker dan pembersih, melakukan karantina sendiri ketika seseorang telah terpapar atau dalam pantauan adalah contoh yang jelas dari altruisme. Kemakmuran rakyat juga menentukan ketahanan terhadap bencana. Kebijakan lockdown atau pembatasan mobilitas orang lebih mudah diterapkan pada mereka yang secara keuangan sudah mapan daripada mereka yang masih harus bekerja di luar rumah untuk mendapatkan nafkah setiap hari.

Akhirnya, ketahanan negara terhadap bencana dijelaskan oleh perspektif pemerintah. Dibutuhkan upaya yang matang dalam mempersiapkan, merespons bencana, dan mengembalikan kondisi gangguan yang terjadi kembali normal. Ini seperti orkestra simfoni, pemerintah berperan sebagai konduktor yang akan mengatur orang, rumah sakit, dokter, tenaga medis, bisnis, dan pemasok semua barang yang diperlukan dalam bencana, telekomunikasi, dan penyedia infrastruktur listrik. Ketika sudah ada korban yang terinfeksi dan mati, kecepatan respons menjadi faktor kunci keberhasilan dalam mengurangi penyebaran virus.

 Menyelamatkan nyawa manusia harus menjadi prioritas utama, yang lain mengikuti. Memang membutuhkan dana yang sangat besar. Pemerintah dapat memprioritaskan kembali program dan kegiatan mereka.

Pemerintah harus dapat membangun tingkat urgensi yang tinggi di masyarakat untuk memerangi penyebaran virus. Dibutuhkan kampanye cerdas dan masif untuk membangunkan kesadaran masyarakat akan bahaya wabah ini. Ketika itu terjadi, masyarakat dan komunitas bisnis akan mendukung sepenuhnya program manajemen bencana yang dijalankan pemerintah.

Program penanggulangan bencana harus dilihat sebagai kegiatan pertambahan nilai untuk menahan sebaran virus dan membuat orang yang sudah terinfeksi kembali sehat. Berhasil dalam menanggapi dan mengatasi Covid-19 tentu akan membantu pemerintah melakukan program pemulihan;  membuat kondisi sosial ekonomi yang terganggu menjadi kembali normal. Belajarlah dari inovasi yang sukses. Kejarlah makna, yang mulia,  dan  semua kebaikan akan mengikuti.


Covid-19 : membangun kembali semangat toleransi manusia indonesia


Wabah Covid-19 membangkitkan semangat gotong royong dan kepedulian sosial warga di berbagai daerah. Warga bahu-membahu berupaya mencegah penyebaran virus hingga memberikan bantuan sembako.
Di Jakarta Utara, kaum ibu yang tergabung dalam pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) dan pengelola ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) membagikan paket sembako kepada warga sekitar. Koordinator RPTRA Jakarta Utara Eka Citra Qudus mengatakan, paket sembako gratis diberikan kepada warga yang membutuhkan. "Karena selama berdiam diri di rumah, mereka tidak bisa mendapatkan penghasilan," kata Eka, Ahad
Kebijakan menjaga jarak fisik dan tetap berada di rumah merupakan anjuran pemerintah sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Eka mengatakan, paket sembako berasal dari donasi warga. Paket sembako berisi beras, minyak sayur, gula, sarden, teh, dan mi instan. Ia berharap aksi sosial ini berlanjut setiap pekan.


Jumat, 12 Juni 2020

Tuliskan satu tokoh wayang idola anda


Tokoh Wayang Mahabarata: Arjuna Di Nusantara, tokoh Arjuna juga dikenal dan sudah terkenal dari dahulu kala. Arjuna terutama menjadi populer di daerah Jawa, Bali, Madura, danLombok. Di Jawa dan kemudian di Bali, Arjuna menjadi tokoh utama dalam beberapa kakawin, seperti misalnya Kakawin Arjunawiwāha, Kakawin Pārthayajña, dan Kakawin Pārthāyana (juga dikenal dengan nama Kakawin Subhadrawiwāha. Selain itu Arjuna juga didapatkan dalam beberapa relief candi di pulau Jawa misalkan candi Surowono


Arjuna juga merupakan seorang tokoh ternama dalam dunia pewayangan dalam budaya Jawa Baru. Di bawah ini disajikan beberapa ciri khas yang mungkin berbeda dengan ciri khas Arjuna dalam kitab Mahābhārata versi India dengan bahasa Sansekerta.
Sifat dan kepribadianArjuna seorang kesatria yang gemar berkelana, bertapa dan berguru menuntut ilmu. Selain menjadi murid Resi Drona di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi brahmana di Goa Mintaraga, bergelar Bagawan Ciptaning. Ia dijadikan kesatria unggulan para dewa untuk membinasakan Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Dewa Indra, bergelar Prabu Karitin. dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain: Gendewa (dari Bhatara Indra), Panah Ardadadali (dari Bhatara Kuwera), Panah Cundamanik (dari Bhatara Narada).Arjuna memiliki sifat cerdik dan pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan suka melindungi yang lemah. Ia memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah negara Amarta. Setelah perang Bharatayuddha, Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata. Akhir riwayat Arjuna diceritakan, ia moksa (mati sempurna) bersama keempat saudaranya yang lain di gunung Himalaya.Ia adalah petarung tanpa tanding di medan laga, meski bertubuh ramping berparas rupawan sebagaimana seorang dara, berhati lembut meski berkemauan baja, kesatria dengan segudang istri dan kekasih meski mampu melakukan tapa yang paling berat, seorang kesatria dengan kesetiaan terhadap keluarga yang mendalam tapi kemudian mampu memaksa dirinya sendiri untuk membunuh saudara tirinya. Bagi generasi tua Jawa, dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Sangat berbeda dengan Yudistira, dia sangat menikmati hidup di dunia. Petualangan cintanya senantiasa memukau orang Jawa, tetapi secara aneh dia sepenuhnya berbeda dengan Don Juan yang selalu mengejar wanita. Konon Arjuna begitu halus dan tampan sosoknya sehingga para puteri begitu, juga para dayang, akan segera menawarkan diri mereka. Merekalah yang mendapat kehormatan, bukan Arjuna. Ia sangat berbeda denganWrekudara. Dia menampilkan keanggunan tubuh dan kelembutan hati yang begitu dihargai oleh orang Jawa berbagai generasi.


· Pusaka :

Arjuna juga memiliki pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain: Keris Kiai Kalanadah diberikan pada Gatotkaca saat mempersunting Dewi Pergiwa (putra Arjuna), Panah Sangkali (dari Resi Drona), Panah Candranila, Panah Sirsha, Panah Kiai Sarotama, Panah Pasupati (dari Batara Guru), Panah Naracabala, Panah Ardhadhedhali, Keris Kiai Baruna, Keris Pulanggeni (diberikan pada Abimanyu), Terompet Dewanata, Cupu berisi minyakJayengkaton (pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan Pringcendani) dan Kuda Ciptawilaha dengan Cambuk Kiai Pamuk. Sedangkan ajian yang dimiliki Arjuna antara lain: Panglimunan, Tunggengmaya, Sepiangin, Mayabumi, Pengasih dan Asmaragama. Arjuna juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu Kampuh atau Kain Limarsawo, Ikat Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara, Kalung Candrakanta dan Cincin Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu Ekalaya, raja negara Paranggelung).



· Istri dan keturunan :

Dalam Mahabharata versi pewayangan Jawa, Arjuna mempunyai banyak sekali istri,itu semua sebagai simbol penghargaan atas jasanya ataupun atas keuletannya yang sekaku berguru kepada banyak pertapa. Berikut sebagian kecil istri dan anak-anaknya:

Dewi Subadra, berputra Raden Abimanyu;
Dewi Sulastri, berputra Raden Sumitra;
Dewi Larasati, berputra Raden Bratalaras;
Dewi Ulupi atau Palupi, berputra Bambang Irawan;
Dewi Jimambang, berputra Kumaladewa dan Kumalasakti;
Dewi Ratri, berputra Bambang Wijanarka;
Dewi Dresanala, berputra Raden Wisanggeni;
Dewi Wilutama, berputra Bambang Wilugangga;
Dewi Manuhara, berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati;
Dewi Supraba, berputra Raden Prabakusuma;
Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa;
Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada;
Dewi Maheswara;
Dewi Retno Kasimpar;
Dewi Dyah Sarimaya;
Dewi Srikandi.


· Julukan :

Dalam wiracarita Mahabharata versi nusantara, Arjuna banyak memiliki nama dan nama julukan, antara lain: Parta (pahlawan perang), Janaka(memiliki banyak istri), Pemadi (tampan), Dananjaya, Kumbaljali, Ciptaning Mintaraga (pendeta suci), Pandusiwi, Indratanaya (putra Batara Indra),Jahnawi (gesit trengginas), Palguna, Indrasuta, Danasmara (perayu ulung) dan Margana (suka menolong). “Begawan Mintaraga” adalah nama yang digunakan oleh Arjuna saat menjalani laku tapa di puncak Indrakila dalam rangka memperoleh senjata sakti dari dewata, yang akan digunakan dalam perang yang tak terhindarkan melawan musuh-musuhnya, yaitu keluarga Korawa.



·  Nama lain :
           
Nama lain Arjuna di bawah ini merupakan nama lain Arjuna yang sering muncul dalam kitab-kitab Mahabharata atau Bhagawad Gita yang merupakan bagian daripadanya, dalam versi bahasa Sanskerta. Nama-nama lain di bawah ini memiliki makna yang sangat dalam, mengandung pujian, dan untuk menyatakan rasa kekeluargaan (nama-nama yang dicetak tebal dan miring merupakan sepuluh nama Arjuna).

Mengapa kebanyakan wni mudah sekali terpapar arus hoaks


Menurut pandangan psikologis, ada dua faktor yang dapat menyebabkan seseorang cenderung mudah percaya pada hoax.

 “Orang lebih cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki. Misal seseorang memang sudah tidak setuju terhadap kelompok tertentu, produk, atau kebijakan tertentu. Ketika ada informasi yang dapat mengafirmasi opini dan sikapnya tersebut, maka ia mudah percaya,” ujar Laras Sekarasih, PhD, dosen Psikologi Media dari Universitas Indonesia.

 Hal tersebut, menurut Laras, juga berlaku pada kondisi sebaliknya. Seseorang yang terlalu suka terhadap kelompok, produk, dan kebijakan tertentu, jika menerima informasi yang sesuai dengan apa yang ia percayai, maka keinginan untuk melakukan pengecekan kebenaran terlebih dahulu menjadi berkurang.

 Secara natural, perasaan positif akan timbul di dalam diri seseorang ketika ada yang mengafirmasi apa yang dipercayai. Perasaan terafirmasi tersebut juga menjadi pemicu seseorang dengan mudahnya meneruskan informasi hoax ke pihak lain.

Mengapa lockdown dalam kasus covid-19 diyakini tidak akan berhasil dilakukan di NKRI

"Berbicara lockdown, terminologi kita (Indonesia) tidak mengenal itu. Adanya karantina wilayah, tapi harus dengan kalkulasi yang sesuai," kata Jaleswari dalam diskusi online bertajuk Covid-19: Tantangan Saat Ini dan Alternatif Solusi Berbasis Bukti oleh Mata Garuda,

Baca juga: WHO: Strategi Lockdown Saja Tak Mampu Perangi Virus Corona Menurut dia, tidak semua negara akan baik dan berhasil dalam menghadapi Covid-19 dengan melakukan lockdown.
Dia memberi contoh, India dianggap belum berhasil menjadikan lockdown sebagai solusi terbaik mengatasi wabah Covid-19 yang melanda negaranya.

Belajar dari kebijakan yang diambil oleh negara lain mengenai lockdown ini, dikatakan Jaleswari, membuat presiden menegaskan bahwa tidak boleh memutuskan sesuatu hanya berdasarkan apa yang populer dilakukan di negara lain Akan tetapi, tetap harus memperhatikan dan mempertimbangkan bagaimana budaya, kondisi sosial masyarakat terkhusus di Indonesia sendiri, barulah memutuskan suatu kebijakan, agar tak menyesal pada akhirnya.

Kamis, 11 Juni 2020

Perguruan Pencak Silat di Indonesia

                                             PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate)

   Pada tahun 1903, bertempat di Kampung Tambak Gringsing, Surabaya, Ki Ngabeni Surodiwirjo membentuk persaudaraan yang anggota keluarganya disebut “Sedulur Tunggal Ketjer”, sedangkan permainan Pencak silatnya disebut “Djojo Gendilo”
Tahun 1912, Ki Ngabeni Surodiwirjo berhenti bekerja karrena merasa kecewa disebabkan seringkali atasannya tidak menepati janji. Selain itu suasana mulai tidak menyenangkan karena pemeintah Hindia Belanda menaruh curiga; mengingat beliau pernah melempar seorang pelaut Belanda ke sungai dan beliau telah membentuk perkumpulan Pencak silat sebagai alat pembela diri, ditambah pula beliau adalah seorang pemberani, Pemerintah Hindia Belanda mulai kwatir, beliau akan mampu membentuk kekuatan bangsa Indonesia dan menentang mereka. Setelah keluar dari pekerjaannya, beliau pergi ke Tegal.
Tahun 1914, Ki Ngabehi Surodiwirjo kembali ke Surabaya dan bekerja di Djawatan Kereta Api Kalimas, dan tahun 1915 pindah ke bengkel Kereta Api Madiun. Disini beliau mengaktifkan lagi Persaudaraan yang telah dibentuk di Surabaya, yaitu “Sedulur Tunggal Ketjer”, hanya pencak silatnya sekarang disebut “Djojo Gendilo Tjipto Muljo”. Sedangkan pada tahun 1917, nama – nama tersebut disesuaikan denngan keadaan zaman diganti menjadi nama “Perssaudaan Setia Hati”
Ki Hadjar Hardjo Oetomo
Salah satu murud Ki Ngabehi Surodiwirjo yang militan dan cukup tangguh, yaitu Ki Hadjar Hardjo Oetomo mempunyai pendapat perlunya suatu organisasi untuk mengatur dan menertibkan personil maupun materi pelajaran Setia Hati, untuk itu beliau meohon doa restu kepada Ki Ngabehi Surodiwirjo. Ki Ngabehi Surodiwirjo memberi doa restu atas maksud tersebut., karena menurut pendapat beliau hal – hal seperti itu adalah tugas dan kewajiban anak muridnya, sedangkan tugas beliau hanyalah “menurunkan ilmu SH”. Selain itu Ki Ngabehi Surodiwirjo berpesan kepada Ki Hadjar Hardjo Oetomo agar jangan memakai nama SH dahulu.

Setelah mendapat ijin dari Ki Ngabehi Surodiwirjo, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 mengembangkan ilmu SH dengan nama Pencak silat Club (P. S. C).
Karena Ki hadjar Hardjo Oetomo adalah orang SH, dan ilmu yang diajarkan adalah ilmu SH, maka lama – kelamaan beliau merasa kurang sreg mengembangkan ilmu SH dengan memakai nama lain, bukan nama SH. Kembali beliau menghadap Ki Ngabehi Surodiwirjo menyampaikan uneg – unegnya tersebut dan sekalian mohon untuk diperkenankan memakai nama SH dalam perguruannya. Oleh Ki Ngabehi Surodiwirjo maksud beliau direstui, dengan pesan jangan memakai nama SH saja, agar ada bedanya. Maka Pencak silat Club oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo diganti dengan nama “SETIA HATI MUDA” (S. H. M).
Peranan Ki Hadjar Hardjo Oetomo Sebagai Perintis Kemerdekaan
Ki Hadjar Hardjo Oetomo mengembangkan ilmu SH di beberapa perguruan yang ada pada waktu antara lain perguruan Taman Siswo, Perguruan Boedi Oetomo dan lain – lain. Dalam mengajarkan ilmu SH beliau diantaranya adalah menamakan suatu sikap hidup, ialah “kita tidak mau menindas orang lain dan tidak mau ditindas oleh orang lain”. Walaupun pada waktu itu setiap mengadakan latihan tidak bisa berjalan lancar, karena apabila ada patroli Belanda lewat mereka segera bersembunyi; tetapi dengan dasar sikap hidup tersebut murid – murid beliau akhirnya menjadi pendekar – pendekar bangsa yang gagah berani dan menentang penjajah kolonialisme Belanda. Dibandingkan keadaan latihan masa lalu yang berbeda dengan keadaan latihan saat ini, seharusnya murid – murid SH lebih baik mutu dan segalanya dari pada murid – murid SH yang lalu. Melihat sepak terjang murid – murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang dipandang cukup membahayakan, maka Belanda segera menangkap Ki Hadjar Hardjo Oetomo bersama beberapa orang muridnya, dan selanjutnya dibuang ke Digul. Pembuangan Ki Hadjar Hadjo Oetomo ke Digul berlangsung sampai dua kali, karena tidak jera – jeranya beliau mengobarkan semangat perlawanan menentang penjajah.

Selain membuang Ki Hadjar hardjo Oetomo ke Digul, Pemerintah Hindia Belanda yang terkenal dengan caranya yang licik telah berusaha memolitisir SH Muda dengan menjuluki SHM bukan SH Muda, melainkan SH Merah; Merah disini maksudnya adalah Komunis. Dengan demikian pemerintah Belanda berusaha menyudutkan SH dengan harapan SH ditakuti dan dibenci oleh masyarakat dan bangsa Indonesia. Menanggapi sikap penjajah Belanda yang memolitisir nama SH Muda dengan nama SH Merah, maka Ki Hadjar Hardjo Oetomo segera merubah nama SH Muda menjadi “Persaudaan Setia Hati Terate” hingga sampai sekarang ini.

Melihat jasa – jasa Ki Hadjar Hardjo Oetomo tersebut, maka pemerintah Indonesia mengakui beliau sebagai “Pahlawan Perintis Kemerdekaan” , dan memberikan uang pensiun setiap bulan sebesar Rp. 50.000,00 yang diterimakan kepada isteri beliau semasa masih hidup.
Setelah meninggal dunia, beliau dimakamkan di makam “Pilangbango”, yang terlatak di sebelah Timur Kotamadya Madiun, dari Terminal Madiun menuju ke arah Timur. Beliau mempunyai 2 (dua) orang putra, yaitu seorang putri yang diperisteri oleh bapak Gunawan, dan Seorang putra yang bernama bapak “Harsono” sekarang berkediaman di jalan Pemuda no. 17 Surabaya. Ibu Hardjo Oetomo meninggal pada bulan September 1986 di tempat kediamannya, di desa Pilangbango Madiun.

Rumah beliau, oleh Bapak Harsono dihibahkan kepada Persaudaraan Setia Hati Terate pada akhir tahun 1987 dengan harga Rp. 12,5 juta. Rencana Pengurus Pusat, bekas rumah kediaman pendiri Persaudaraan SH Terate tersebut akan dipugar menjadi “Museum SH Terate” agar generasi penerus bisa menyaksikan peninggalan pendahulu – pendahulu kita sejak berdiri sampai dengan perkembangannya saat ini.
Akhir kata, sebelum kita menutup bacaan ini  sebagai rasa hormat dan rasa kasih kita terhadap beliau berdua,  marilah kita berdoa dalam bahasa kita masing – masing.
Empat Tingkatan Ban / Sabuk Untuk Jenjang Siswa Sbb :
1. Ban  / Sabuk Tingkat Polos (Hitam)
2. Ban / Sabuk Tingkat Jambon ( Merah Muda )
3. Ban  / Sabuk Tingkat Hijau
4. Ban / Sabuk Tingkat Putih Kecil

Resep Masakan


 Capcay

Bahan utama:
  1. 130 g udang ukuran besar, kupas kulitnya
  2. 10 bh baso,potong tipis-tipis
  3. 70 g caisim,iris kasar-kasar
  4. 150 g kembang kol, dipotong-potong
  5. 5 lbr daun kol, potong-potong
  6. 3 bh wortel segar,iris tipis-tipis
  7. 140 g cumi-cumi segar, potong melingkar
  8. 150 g jamur bundar, potong jadi 4 bagian
  9. 70 g sawi, iris
Bahan bumbu:
  1. 4 bh cabe merah segar
  2. 4 sdm saus tiram
  3. Secukupnya gula pasir
  4. Secukupnya penyedap rasa
  5. Secukupnya garam
  6. 6 btr bawang merah, haluskan
  7. Secukupnya air
  8. 3 siung bawang putih, haluskan
  9. Secukupnya minyak, gunakan untuk menumis
Cara membuat :
  1. Panaskan minyak, tumis bumbu sampai tercium aroma harum.
  2. Masukan udang, baso dan cumi, tumis dan aduk hingga semua bahan berubah warna dan bercampur dengan bumbu.
  3. Masukan semua sayuran,tumis hingga layu.
  4. Tambahkan saus tiram,gula,garam dan penyedap rasa. Aduk hingga semua bahan tercampur rata
  5. Tambahkan air secukupnya, biarkan dan tunggu hingga mendidih.
  6. Angkat dan sajikan cap cay.
  7. Tips agar seafood tidak berbau amis:
  8. Cuci bersih udang, ebi, cumi, kerang, dsb.
  9. Marinasi bahan-bahan tsb dengan jeruk nipis.
  10. Bagi anda yang suka dengan kuah kental:
  11. Gunakan tepung maizena yang dilarutkan dengan air secukupnya.
  12. Masukan terakhir, setelah semua bahan masak dan saat akan diangkat.